Rabu, 14 April 2010

pengetahuan dasar seputar camera digital

Megapixel
Semakin besar Megapixel suatu kamera, maka akan semakin bagus kualitas gambarnya. Ini adalah Mitos terbesar di dalam dunia kamera, dan itu sepenuhnya tidaklah benar. Perusahaan-perusahaan kamera dan toko-toko kamera sebetulnya jelas mengetahui hal ini, tapi mereka terus saja berusaha untuk mempertahankan persepsi yang salah ini, bukan hanya mempertahankan malah, tapi mereka justru terus berusaha untuk menancapkan hal ini ke benak customer. Kenapa ?

Karena hal inilah yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dan toko-toko itu dapat meraih keuntungan besar. Cukup dengan menambah jumlah pixelnya, tanpa perubahan lain yang lebih berarti, mereka dapat menciptakan kamera tipe baru, dan para customer yang tertipu pada berlomba-lomba untuk meng “upgrade” kameranya.

Padahal, penting sekali untuk DIINGAT, semakin tinggi Megapixelnya, bila tidak disertai dengan perubahan ukuran sensor, perubahan arsitektur kamera atau perubahan kualitas lensa, maka kualitas gambar dari kamera tersebut justru lebih jelek.

Jadi fungsi dari megapixel yang besar itu sebetulnya apa ? Kuncinya adalah pada masalah “Perbesaran”. Semakin besar resolusi suatu kamera (megapixel), maka kita dapat mencetak foto kita dengan ukuran yang lebih besar.

Tapi permasalahannya, kebutuhan rata-rata orang awam, paling hanya mencetak di ukuran 4R atau 10R saja, yang dapat dilakukan dengan sangat baik oleh kamera dengan resolusi 4 Megapixel. Pada gambar 1 adalah table untuk ukuran cetak.
Selain masalah perbesaran cetak, resolusi besar juga dapat berguna bila kita sering melakukan CROP pada Foto kita.

Jadi, bila Anda bukan lah pengguna yang sering melakukan cetak besar atau sering melakukan cropping, kamera dengan 6 Megapixel sudah lebih dari cukup.
Optical zoom berbeda dengan Digital Zoom.
Optical berarti apa yang kita lihat disuguhkan sebenarnya tanpa pembesaran digital. Optical Zoom lebih efektif karena warna yang disajikan adalah warna real ketika zooming ,digital zoom hanya melakukan tindakan zoom atas gambar yang telah dicapture.

5xoptical zoom = 5 kali pembesaran gambar secara optical

Kalo bisa pilihalah kamera digital yang lebih besar optical zoom daripada digital zoomnya, karena digital zoom adalah rekayasa komputer yang membuat gambar tidak tampak pas.

ISO
mengenai iso, di dalam ruang gelap iso 2000 berguna,tapi di ruang terang iso 2000 akan membuat gambar pecah
di ruang terang gunakan iso 200, di ruang yang agak gelap tanpa bantuan cahaya,maka isonya dinaikin.
iso = sensitivitas pada cahaya.

kalau iso tinggi cocok utk kondisi kurang cahaya tapi ada kelemahannya, karena tinggi sensitivitas juga dibarengi oleh noise.

iso tergantung pencahayaan objek poto. kalo gelap yah iso di gedein. kalau terang benderang iso dikecilin. tapi ini tergantung sama bukaan lensa jg. kalau gelap dan iso kecil, bukaan lensa dilamain *tapi jadi blur kalo gerak*, atau kalau terang, iso kecil, bukaan di cepetin.

kondisi cahaya lingkungan, sensitifitas sensor (iso) dan bukaan lensa yg menentukan bagaimana hasil foto

rata2x sih kamera bisa atur iso nya walaupun pocket. kalau bukaan lensa kgk semua kamera bisa diatur.

Image Stabilizer
Tiap merk kamera menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fitur yang satu ini. Ada Image Stabilizer, Vibrate Reduction, Anti Shake, Steady Shot, Optical Image Stabilizer(OIS), Vibrate Compensation, dan lain sebagainya. Itu semua fungsinya sama, yaitu untuk menyetabilkan goncangan tangan kita.

Sering terjadi salah kaprah di dalam pengertian tentang fitur yang satu ini. Salah kaprah yang sering terjadi adalah tertukarnya pengertian antara Shutter Speed dan Image Stabilizer. Ketika kita memfoto anak-anak yang sedang berlari-lari, kalau kita ingin agar anak yang kita foto itu tetap terlihat tajam (tidak blur), kita harus menggunakan Shutter Speed yang cepat, dan tidak ada hubungannya dengan Image Stabilizer. Shutter Speed yang cepat berguna untuk membekukan “Objek” yang kita foto, sedangkan Image Stabilizer berguna untuk menyetabilkan goncangan dari “Subjek” yang memfoto.

Jadi Image Stabilizer ini akan berguna ketika :
- Tangan kita sulit untuk tidak bergerak ketika melakukan pengambilan foto atau tangan kita tremor
- Melakukan pemotretan dengan Shutter Speed yang rendah (indoor, malam hari, efek-efek cahaya bergerak, foto air terjun, dsb)
- Melakukan foto-foto dengan lensa tele (jarak jauh) misalnya 200 mm
- Melakukan foto-foto macro (jarak yang sangat dekat)

Cara kerja fitur ini adalah dengan menempatkan sensor pada lensa atau pada sensor (masing-masing produsen berbeda-beda). Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi gerakan lensa atau kamera. Misal pada Image Stabilizer yg diletakkan di lensa, ketika kamera kita bergerak ke atas, sensor ini akan menggerakan lensa nya ke bawah, ketika kamera kita bergerak ke kiri, sensor ini akan menggerakan lensanya ke kanan, dan demikian seterusnya sehingga gambar yang kita buat akan selalu diusahakn stabil dan bebas goncangan.

Nah setelah mengetahui pengertian dari Image Stabilizer ini, kita juga dapat mengetahui tentang produsen-produsen yang nakal, yang dengan sengaja memanfaatkan kesalahkaprahan konsumen akan pengertian ini untuk menarik keuntungan.
Ada beberapa produsen yang jelas-jelas tidak memiliki teknologi Image Stabilizer ini, tapi berani mencantumkan Slogan yang serupa dan bahkan mempromosikan fitur ini melalui brosur-brosur dan sarana marketing mereka.

Atau ada juga yang sudah memiliki teknologi ini, tapi karena untuk dipasangkan pada kamera-kamera yang low end tidak akan memungkinkan dari segi harga, akhirnya mereka menciptakan istilah-istilah yang mirip tapi sebetulnya adalah tipuan, seperti misalnya Anti Shake DSP, New Anti Shake AE, dll.
Ada juga yang memang memiliki teknologi ini dan sudah memasangkan pada kameranya, tapi karena pesaing mereka mencoba membodohi konsumen, maka mereka pun ikut-ikutan juga membodohi konsumen dengan istilah-istilah yang lebih keren seperti misalnya Double Anti Blur, 4x Image Stabilization, Dual IS, dsb.

Image Stabilizer-image stabilizer palsu ini cara kerjanya adalah hanya menaikkan settingan ISO pada kamera saja. Sehingga otomatis Shutter Speed yang kita dapatkan akan lebih cepat dan karena itu dapat juga mengurangi goncangan (objek dan subjek sekaligus).

Tapi untuk fasilitas ini ada harga yang harus dibayar, yaitu kualitas gambar yang akan sangat berkurang. Karena ISO semakin tinggi maka kualitas foto akan semakin noise, banyak terdapat bintik-bintik warna-warni, tidak tajam dan sebagainya, intinya gambar akan terlihat lebih kasar.

Selain itu ada juga kelemahan lainnya, kita jadi tidak bisa melakukan pemotretan dimana kita ingin menggunakan speed yang rendah, seperti misalnya foto air terjun sehingga airnya bisa jadi seperti kapas. Dan masih ada kekurangan-kekurangan lainnya. Tetapi sebetulnya, yang paling konyol dari image stabilizer palsu ini adalah, hampir semua kamera bisa melakukan hal itu, tinggal dinaikkan aja ISOnya. Sungguh menggelikan.
Pada istilah-istilah seperti Double Anti Blur, 4x Image Stabilization, Dual IS, dan sebagainya maksudnya adalah bahwa mereka menggunakan Image stabilizer betulan dan sekaligus Image stabilizer tipuan. Sehingga dengan istilah-istilah itu produk mereka akan terlihat lebih mampu menahan goncangan. Untungnya paling tidak sampai saat ini saya masih belum melihat ada yang menggunakan istilah Double atau Dual yang ternyata isinya tidak ada Image Stabilizer asli sama sekali. Mungkin sebentar lagi.
Jadi kita mesti hati-hati, kalau melihat ada fitur seperti ini, harus dibaca dulu buku manualnya atau cari tau dari internet atau dari teman yang sudah tau, apakah image stabilizernya asli menyetabilkan gerakan pada lensa atau pada kamera, atau hanya menaikkan ISO saja

seputar lensa camera

Bagian paling utama dari sebuah sistem pada kamera adalah lensa. Kualitas hasil foto yang dibuat oleh kamera terlebih dahulu ditentukan oleh faktor lensa yang baik, barulah selebihnya diolah oleh sensor dan sistem prosesor gambar pada kamera. Sayangnya saat seseorang menilai baik tidaknya sebuah kamera, faktor lensa justru jadi unsur yang sering terlewatkan, seakan-akan tiap lensa pada kamera adalah sama saja. Seseorang akan lebih cenderung mengejar resolusi yang tinggi, kemampuan ISO tinggi dan sebagainya daripada mencari tahu seberapa baik lensa yang terdapat pada sebuah kamera. Tidak salah memang, karena resolusi dan ISO adalah faktor yang bisa mengangkat gengsi sebuah kamera, dan jadi hal pertama yang selalu ditanya oleh setiap orang yang melihat kamera kita. Namun setidaknya, dengan mengenal bagaimana lensa yang baik dan apa saja keterbatasnnya, kita bisa lebih mengerti kemampuan dari kamera yang kita miliki.

Sebagai permulaan, baiklah kita mendata terlebih dahulu istilah-istilah yang sering digunakan saat membahas soal lensa pada kamera, supaya memiliki kesamaan persepsi soal istilah ini.

* Panjang fokal (focal length) : Menentukan bidang gambar yang dapat diambil oleh kamera. Untuk mengambil bidang gambar yang luas dan lebar, lensa yang digunakan adalah lensa wide (dibawah 35mm). Untuk mendapat perspektif gambar normal digunakan lensa normal (sekitar 50mm) dan untuk keperluan mengambil gambar yang jauh diperlukan lensa tele (diatas 100mm). Bila lensa hanya memiliki satu jarak fokal saja disebut lensa fix (tetap), sementara bila lensa dapat berubah dari wide hingga tele disebut lensa zoom. Kemampuan zoom lensa diukur dengan membandingkan tele maksimum terhadap wide maksimum, contoh bila lensa zoom dengan spesifikasi panjang fokal wide 28mm dan tele 280mm, maka disebut dengan lensa zoom 10x (atau 280 dibagi 2.
* Kecepatan lensa (lens speed) : Tiap lensa memiliki diafragma yang bertugas mengatur banyaknya cahaya yang bisa melewati lensa. Diafragma bisa membesar dan mengecil sesuai nilai aperture yang ditentukan, dinyatakan dengan nilai f. Untuk memudahkan, ingatlah bahwa bukaan besar memiliki nilai f kecil, dan sebaliknya (bukaan kecil punya nilai f besar). Jadi f/3.5 adalah lebih besar dari f/8. Semakin besar bukaan lensa, semakin banyak cahaya yang bisa dimasukkan melalui lensa, dan memungkinkan pemakaian shutter pada kamera yang semakin cepat. Tiap lensa memiliki bukaan maksimum yang berbeda-beda, bisa amat besar (f/1.4) hingga yang lebih kecil (f/4). Oleh karena itu lensa yang memiliki bukaan besar disebut lensa cepat (bisa memakai shutter cepat) dan lensa yang bukaan labih kecil disebut lensa lambat, karena umumnya sering memaksa kamera memakai shutter yang lebih lambat.
* Ketajaman lensa (sharpness) : Menjadi faktor penentu dari hasil foto yang baik, biasanya tidak ada ukuran pasti soal ketajaman, namun dengan melihat hasil uji dari review kamera/lensa terhadap test chart, bisa diketahui ketajaman sebuah lensa. Lensa yang baik idealnya haruslah memberi ketajaman yang seragam pada seluruh bidang gambar, baik di tengah ataupun di tepi/sudut. Demikian pula ketajaman pada lensa zoom, idealnya harus tetap tajam baik pada saat wide atapun saat tele maksimum.
* Distorsi lensa (lensa distortion) : Adalah suatu fenomena penyimpangan optik yang tidak bisa dihindari karena lensa akan cenderung membengkokkan bidang gambar yang lurus, utamanya saat posisi wide atau tele. Distorsi saat wide biasa disebut barrel distortion (garis lurus menjadi melengkung keluar) dan disaat tele disebut pincushion (garis lurus menjadi melengkung ke dalam). Namun lensa masa kini telah dilengkapi dengan elemen lensa khusus untuk mengurangi cacat lensa yang mungkin terjadi.
* Istilah lain yang biasa dipakai dalam menilai lensa adalah vignetting, purple fringing, lens flare, dan bokeh. Namun pada kesempatan ini saya tidak akan membahas istilah-istilah ini lebih jauh mengingat keterbatasan waktu.

Sebelum membeli sebuah kamera, semestinya seseorang mengenali terlebih dahulu kebutuhan fotografinya sehingga nantinya mendapat kamera yang lensanya sesuai dengan yang dia butuhkan. Berikut adalah beberapa skenario yang biasa terjadi dalam dunia nyata :

* Untuk keperluan sehari-hari, memotret dokumentasi sederhana, foto keluarga : lensa zoom 3x, dengan panjang fokal 35mm hingga 105mm. Inilah panjang fokal lensa yang paling banyak dijumpai pada kamera saku di pasaran. Wide hingga tele dari lensa semacam ini dianggap sudah memenuhi sebagian besar kebutuhan fotografi biasa sehari-hari.
* Untuk pemandangan dan arsitektur : lensa wide (fix atau zoom). Contohnya, kamera saku Sigma DP memiliki lensa wide yang fix, sementara kamera lain yang lensanya wide umumnya bisa di zoom hingga 10x optik. Misalnya, Lumix TZ4 memiliki panjang fokal dari 28mm hingga 280mm. Di pasaran kini mulai banyak kamera dengan lensa wide, meski tidak selalu sama panjang fokalnya. Umumnya adalah di 28mm, meski ada pula yang 30mm atau bahkan 24mm.
* Untuk kebutuhan foto jarak jauh, pecinta burung, dan yang suka memotret diam-diam dari jauh : lensa tele yang umumnya dijumpai di kamera prosumer / super zoom. Biasanya kamera dengan lensa panjang memiliki tele maksimum diatas 300mm, bahkan ada yang diatas 500mm. Bila anda jumpai kamera dengan zoom optik 10x, 12x, 15x bahkan hingga 20x zoom, itulah contoh kamera yang punya kemampuan lensa tele.
* Untuk kebutuhan shutter speed tinggi, atau pemakaian di tempat kurang cahaya : lensa cepat dengan bukaan diafrgama maksimal diatas f/2.8. Atau lensa zoom yang memiliki bukaan diafragma maksimal konstan (seperti pada lensa Lumix FZ20). Perlu diingat bahwa lensa cepat semacam ini cukup jarang dijumpai, karena desainnya yang sulit dan biaya produksinya yang tinggi. Sebaliknya, kini banyak dijumpai kamera baru dengan lensa lambat dengan bukaan diafragma dimulai dari f/3.5 yang cukup mengecewakan.

Setelah seorang calon pembeli kamera memahami kebutuhan fotografinya dan memilih lensa (kamera) yang disukainya, barulah dia dapat bereksplorasi lebih jauh akan lensa (kamera) yang dimilikinya itu. Dalam pelaksanaannya, bisa jadi akan ada kekaguman atau bahkan mungkin kekecewaan akan kinerja optik dari lensanya. Namun jangan dahulu anda merasa menyesal bila hasil fotonya ternyata tidak memuaskan, bisa jadi anda terlalu memaksakan lensa kamera anda melebihi batas kemampuannya. Setidaknya, kenali dahulu beberapa fakta soal lensa berikut ini :

* Lensa memiliki banyak elemen di dalamnya. Semakin banyak elemen, jalur lintasan cahaya akan makin rumit dan cenderung menurunkan kualitas dan ketajaman lensa. Maka itu tidak ada dalam sejarah lensa zoom bisa menyamai ketajaman lensa fix, karena banyaknya elemen yang dimiliki sebuah lensa zoom.
* Lensa wide akan selalu mengalami penyimpangan/distorsi. Untuk itu jangan paksakan memakai lensa wide untuk memotret wajah orang, karena nanti akan tampak bulat dan gendut. Juga hindari memakai lensa wide untuk memotret garis yang lurus.
* Ketajaman lensa tidak selalu sama. Bayangkan, ketajaman lensa akan berkurang saat diafragma dibuka maksimal atau dikecilkan minimal (efek difraksi lensa). Lensa zoom pun akan mengalami penurunan ketajaman saat dipakai di posisi tele. Untuk mendapat ketajaman terbaik, gunakan panjang fokal wide hingga normal, dan gunakan nilai diafragma tengah-tengah (sweet spot) sekitar f/5.6 hingga f/8.
* Bagian tengah lensa selalu lebih tajam dari bagian tepi / sudut. Lensa yang baik memiliki ketajaman yang masih lumayan baik di sudutnya, dan lensa yang buruk akan mengalami penurunan ketajaman yang parah di bagian sudutnya, istilahnya corner blurriness. Namun mengingat sebagian besar objek foto berada di bagian tengah, maka (untungnya) jarang ada orang yang mengamati detil sudut dari sebuah foto.
* Bukaan diafragma maksimal pada lensa zoom bisa berubah. Demi menghindari desain lensa yang rumit, lensa zoom memiliki kekhasan tersendiri dengan bukaan diafragma maksimal yang berbeda pada panjang fokal yang berbeda. Perhatikan tulisan pada lensa, contohnya lensa 35-105mm f/2.8-4.5 artinya “pada posisi wide 35mm, bukaan maksimalnya adalah f/2.8, sementara pada posisi tele maksimum 105mm, bukaan maksimalnya turun hingga f/4.5“
* Lensa super zoom banyak mengalami kompromi. Awalnya tidak ada lensa yang memiliki rentang fokal ekstrim, yang bisa mengakomodir kebutuhan wide 26mm hingga tele 520mm dalam sebuah lensa. Namun kebutuhan pasar dan persaingan antar merk akhirnya menjadikan produsen terpaksa membuat lensa yang serba-bisa (sapujagad) seperti Olympus SP 570 dengan 20x zoom. Lensa semacam ini banyak menembus batas-batas teori fisika optik, dengan mengorbankan kualitas dan ketajaman, demi memenuhi ambisi mendapat predikat all-in-one lens. Menurut saya, lensa super zoom 10 hingga 12 x sudah cukup berimbang antara kemampuan tele dan kualitas, sementara lensa 15x, 18x dan 20x tampaknya terlalu memaksakan diri dan hanya untuk mereka yang berambisi memiliki lensa amat panjang.

Terakhir, ijinkan saya memberi sedikit masukan bagaimana kiat memilih kamera saku berdasarkan kualitas lensanya. Setidaknya, bagi anda yang selama ini berniat membeli kamera saku, dapat memiliki gambaran bagaimana cara menilai lensa pada kamera.

* Jangan ambisius. Tidak ada yang salah dengan kamera berlensa zoom 3x, meski akan lebih menyenangkan bila memiliki kamera yang lensanya bisa zoom hingga 6x atau bahkan lebih. Kembali ke kebutuhan anda sajalah, dengan menyadari prinsip semakin panjang zoomnya, semakin rumit elemen lensanya, semakin besar kemungkinan penurunan ketajamannya. Bila ingin membeli kamera yang zoomnya di atas 10x, pastikan anda telah membaca reviewnya, melihat sampel fotonya dan merasa puas dengan ketajaman lensanya.
* Lebih wide lebih baik. Ini mungkin agak subjektif, tapi percayalah, akan lebih menyenangkan memiliki lensa wide daripada lensa tele. Dalam beberapa hal, anda bisa berusaha ekstra untuk mendapat hasil foto seperti lensa tele (seperti mendekat ke objek atau melakukan cropping), namun untuk mendapat hasil foto yang terkesan luas (dan dramatis) hanya bisa dilakukan memakai lensa wide. Carilah kamera yang lensanya dimulai dari wide 28mm dan setidaknya telenya berakhir di 85mm.
* Lebih cepat lebih baik. Simpel saja, hindari lensa yang bukaan maksimalnya lebih kecil dari f/2.8. Saat kamera anda memiliki lensa lambat, anda akan sering menaikkan ISO dan akan berakibat banyak noise pada foto. Untuk itu perhatikan tulisan pada lensa, yang menyatakan berapa bukaan maksimumnya. Misalnya, lensa yang tergolong cepat adalah seperti ini : f/2.7-3.5 (pada Canon S5 IS). Sayangnya banyak produsen kamera yang tidak gentle dengan tidak menuliskan spesifikasi diaframa maksimum pada lensanya, seperti Kodak, Pentax dan Samsung. Jadi bila anda ditawari kamera berlensa f/3.5-5.6, anda boleh saja berkata : tidak.
* Banyak bonus lebih baik. Beberapa lensa diberi bonus elemen khusus seperti stabilizer optik, lensa Asperical dan lensa Low Dispersion. Bonus ini bisa mengurangi distorsi, mencegah purple fringing dan menjaga kontras serta ketajaman. Sayangnya lensa dengan bonus elemen Low Dispersion ini agak jarang (pada sebagian jajaran kamera Nikon Coolpix, lensa yang ditandai dengan kode ED menandakan adanya bonus elemen low dispersion).

blitz pada camera digital

Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya Blitz adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Bagaimanapun juga, flash photography adalah satu hal yang perlu dipelajari. Sebagian besar dari pembaca tentunya sudah sering menggunakan flash dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik juga, tetapi tulisan ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar. Benar dalam artian secara teori dapat diterima dan benar dalam artian menggunakan suatu dasar yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan lampu kilat tersebut, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang serta indah, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya foto yang baik dan benar tersebut. Baik kita memandang kamera digital sebagai seni atau teknologi, flash tetap adalah satu sarana mempermudah, mengoptimalkan, dan meningkatkan kreativitas.

Meter, Aperture, dan Shutter Speed
Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Pada fotografi konvensional menggunakan film, kita ‘melukis’ dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/CMOS pada kamera digital ini harus tepat. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat?
Kita mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Yang biasa kita gunakan adalah lightmeter built-in tersebut. Kita menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa kita (kalau TTL) dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan jenis film yang terpasang dalam kamera kita. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara f/stop dan shutter speed (penjelasan menyusul). Pada modus aperture priority (A/Av) kamera akan menggunakan f/stop yang kita pilih dan menentukan shutter speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus shutter speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan shutter speed yang kita pilih dan menentukan aperture yang tepat. Pada modus manual (M) kita akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut.
Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:

1. f/stop dimana f/ yang lebih besar akan memberikan DoF yang lebih lebar (semakin banyak daerah focus).
2. Jarak obyek dimana obyek yang focus lebih jauh akan menyebabkan DoF juga semakin lebar.
3. Penggunaan lensa dimana lensa tele akan memberikan DoF lebih sempit daripada lensa sudut lebar (wide angle).

Shutter speed atau kecepatan rana adalah lamanya tirai rana dibuka untuk mengizinkan cahaya masuk. Angka ini disimbolkan dengan satuan detik dan kenaikan/penurunan dalam bentuk kelipatan ½. Contoh: 30s, 15s, 8s, 4s, 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, 1/4000s, dst. Semakin lambat maka cahaya yang masuk semakin banyak.
Yang diukur oleh meter kamera itulah intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil f/stop atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar f/stop atau mempercepat shutter speed. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa semakin lambat shutter speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri.

Blitz dan GN
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera. Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.
Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.
GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).

Film SLRs vs. Prosumer Digital Camera vs. DSLRs
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kamera film dan kamera digital berbeda. Di dalam kamera digital sendiri, ada perbedaan antara kamera poket (dalam hal ini yang biasanya bisa menggunakan flash tambahan adalah PDC/Prosumer Digital Camera)) dan Digital SLR (DSLR). Perbedaan pertama tentu saja dalam hal perbandingan ukuran sensor/film dengan lensa. Karena sensor kamera digital lebih kecil daripada film 35mm, maka kita akan terjebak pada perbandingan panjang lensa yang berbeda. Untuk mendapatkan suatu sudut yang sama misalnya 35mm, maka pada kamera dengan sensor 1/1.8” akan menggunakan lensa sekitar 7.5mm, D100 akan menggunakan lensa 24mm dan 10D akan menggunakan lensa 20mm. Inilah panjang lensa efektif untuk mulai perhitungan menggunakan GN flash tersebut.
Kedua, zooming. Pada PDC, zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar) dan demikian juga dengan pemakaian zoom konsumer pada SLR/DSLR. Sebagai contoh, kita mengenal lensa 35-70 f/3.3-f.5. Artinya, bukaan terbesar pada 35mm adalah f/3.3 dan bukaan terbesar pada 70mm adalah f/4.5. Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto.
Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dan lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau kita kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh (after all, ini gunanya lensa tele kan? Untuk memotret obyek yang jauh?). Selain itu ini juga yang akan terjadi jika lensa 35mm kita pasangkan pada DSLR kemudian kita melakukan penghitungan flash tetap dengan menggunakan perhitungan untuk SLR biasa karena sudutnya sebenarnya sudah setara 50mm atau lebih (tergantung faktor pengalinya). Sebenarnya tidak ada masalah berarti yang muncul, tetapi kita ‘menghamburkan’ cahaya tersebut secara sia-sia saja.

Penggunaan Flash sangat membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan tentang bounce dan diffuse flash.

Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.

1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.
4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.


Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:

1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:

1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.

Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:

1. Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
2. Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
3. Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
4. Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
5. Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

sumber : Kamera-Digital.com (Agus Chiawono)
http://adidolok.blogspot.com/2009/10/blitz-atau-lampu-kilat-kamera-digital.html

penerapan seni memotret dengan camera SLR pada camera digital

1. Cerah, gunakan rumus 16; dasar eksposur untuk beberapa pengambilan gambar pada hari yang cerah adalah f/16 pada ISO tertentu, biasanya f/6 pada kecepatan rana 1/100 dipakai ISO/ASA 100, dari sini anda bisa atur untuk f/22 pada pemotretan di pantai ( atau gurun) dan f/11 untuk siang yang mendung.
2. Malam gunakan rumus 11, 8, 5.6; ada beberapa aturan yang berbeda saat memotret saat ada malam hari, umumnya f/11 pada ISO terset saat bulan purnama. Pada bulan separuh gunakan kecepatan shutter f/8 dan saat bulan seperempat gunakan f/5.6.
3. Rumus kamera goyang; kecepatan shutter paling lambat saat anda memegang kamera biasanya adalah lebih dari seper dari panjang fokal yang anda gunakan, missal bila anda memakai lensa 50mm, bidik dengan 1/60 detik atau lebih cepat. Kurang cahaya? Gunakan lampu kilat, tripod, penyangga apapun agar kamera tetap berdiri tegak. Bila shutter lambat, kamera akan cenderung goyang yang artinya anda akan mempoeroleh hasil gambar yang kurang tajam atau bahkan blur.
4. Anatomi Gray card; Metering dari 18 persen dari gray card netral (neutral gray card) adalah cara yang baik untuk mendapatkan nilai midtone yang akan memberi anda berbagai eksposure dari scene yang berbeda. lantas gimana kalau kelupaan bawa Gray card? cukup buka lebar tangan anda menghadap asal sinar, biarkan terbaca buka satu stop dan potretlah, tentu beberapa warna kulit yang berbeda akan menghasilkan nilai f-stop yang berbeda.
5. Depth of field atau DOF; ketika memfokuskan kepada subyek yang dalam, fokuskan pada sebuah titik kurang lebih sepertiga untuk memaksimalkan DOF. Karena daerah DOF (DOF zone) berada dibelakang dari titik lebih kurang tiga kali lebih dalam dari daerah DOF (DOF zone) didepannya. Ini akan berjalan baik untuk semua aperture dan panjang fokal, tetapi pada aperture yang lebih kecil dan panjang fokal yang pendek serta jarak potret yang lebih jauh akan memperbesar daerah DOF-nya.
6. Rumus Cetak Digital; cara menghitung besar cetakan foto digital dengan memakai kamera digital, anda cukup sisi vertical dan horizontal pixel dengan angka 200, untuk gambar yang lebih tajam seperti catalog atau kualitas cetak untuk pameran, bagi bilangan pixel tersebut dengan 250. kalau ingin tahu tentang ukuran cetak klik saja link ini
7. Rumus exposure; ada anjuran kuno “ekspos pada sisi terang, maka sisi (gelap) bayangan akan menyesuaikan”, hal ini bisa berjalan pada slide film maupun digital, namun pada negative fil terutama yang berwarna lebih baik anda over-eksposkan 1 stop.
8. Rumus tentang lampu kilat (flashlight / blitz ); saaat memakai unit lampu flash otomatis yang tidak mempunyai rasio / perbandingan auto flash-fill, set ISO-nya flash pada dua kali ISO yang anda pakai, ukur meter, pilih sebuah f-stop kemudian set aperture autoflash pada f-stop yang sama dan bidik. Hasil rasionya 2:1 flash-fill akan menghasilkan bayangan satu stop lebih gelap dari subyek utama.
9. Rumus Jarak lampu kilat (flashlight / blitz ); ingin tahu seberapa banyak jarak ekstra lampu flash pada ISO yang lebih cepat? rumusnya adalah: lipat dua kali jarak, empat kalinya kecepatan. Sebagai contah kalau lampu flash anda bekerja baik pada jarak 6 meter pada ISO 100 (baik pada kamera film maupun kamera digital), maka lampu flash akan mampu bekerja dengan baik pada 12 meter pada ISO 400.
10. Rumus resolusi Megapixel; untuk melipatgandakan resolusi dalam digital kamera anda, anda harus mengkalikan empat bukan dua, mengapa? Karena angka pixel pada sisi vertical dan horizontal harus dilipat-duakan menjadi lipat dua dari sensor gambar.
11. Rumus action-stopping; untuk memperoleh action-stop frame yang tegak lurus dengan dengan sumbu lensa, anda membutuhkan shutter speeds 2 stop lebih cepat dari action moving yang melaju mendekat atau menjauh dari anda. Untuk action-moving pada sudut 45 derajat dari sumbu lensa anda bisa memakai cukup satu stop lebih lambat. Misalkan: jika ada orang berlari menuju anda dengan kecepatan moderat yang biasanya dapat dihentikan pada 1/125 detik, maka anda membutuhkan shutter speed 1/500 detik untuk subyek yang melintas menjauh atau mendekat dri lensa dan shutter speed 1/250detik bila dia berlari pada arah miring 45 derajat.
12. Rumus matahari terbenam; untuk mendapatkan gambar sunset terekspos, ukurlah (metering) langsung keatas matahari (jangan langsung ke matahari). Jika anda ingin gambar pemandangan ini tampak diambil setengah jam kemudian, tinggal kurangi satu exposure compensation-nya.

kamus fotografi

A

* Aberration—————Sperichal – Cacad pinggir lensa
* Accessories————–Perlengkapan diluar standar
* Acutance—————-Ketajaman gambar
* Adaptor—————–Alat penyesuai. Untuk menyambung atau memasang perlengkapan dari lain ukuran
* Additive—————-Tambahan – System, sisetm penyusunan warna yg terdiri dari penambahan komponen-komponen nya
* Advance—————-Memajukan. Film – Lever , pemutar Film
* AE1———————Automatic Exposure
* Angle——————Sudut – of View.Sudut pandangan Wide – Sudut lebar
* Antifog—————–Mencegah timbulnya kabut, misalnya pada film setelah dicuci
* Antihalo—————-Mencegah timbulnya pancaran sinar.Misalnya lapisan dasar dari film yg hitam warna nya
* Apperture—————Bukaan.Diafragma – Priority . Mementingkan bukaan diafragma. Kecepatan rana diatur otomatis
* ASA——————–American Standard Assiciation
* Automatic————– Otomatis.Swadaya. FULL – Seluruhnya otomatis
* Autowinder ———— Motor yang memajukan film secara otomatis tanpa dikokang terlebih dahulu.Motordriver

B

* Background————-Latar belakang suatu gambar
* Backlighting————-Cahaya dari belakang objek
* Bellows —————-Penyambung yang dapat meringkus dan mulur . Extension
* Blitz——————-Atau Flashgun. Lampu Kilat
* Blur ——————- Kekaburan gambar atau sebagian gambar karena gerakan disengaja atau tidak pada waktu memotret
* Bulb ——————- Lampu tabung kilat. B.pada selektor kecepatan rana, yang berarti : bilan dipijat rana membuka, bila dilepaskan rana menutup.
* Burning In————–Membakar sebagian dari gambar ,pada waktu membesarkan foto, dengan tujuan mencapai kehitaman pada bagian itu

C

* Cable—————— Kabel – Realease. Kabel pelepas rana. – Extension . Sambungan kabel, misal pada lampu kilat, supaya menyala agak jauh dari kamera
* Calibrated ————- Dibubuhin tanda-tanda ukuran menurut standar
* Cartridge————— Wadah film ukuran kecil, berkode 110
* Case——————-Tas wadah kamera
* Cassette ————–Wadah film ukuran miniature 35mm
* Center—————–Pusat – of Focus. Pusat perhatian . Juga disebut Center of interest- Weighted system – Pengukur cahaya yang mementingkan bagian tengah dari objek
* Change – Bag ———- Juga Changing – Bag . Kantong hitam kedap sinar, sebagai pengganti kamar gelap yang dapat dibawa-bawa.
* Cromofilter————- Penyaring sinar yang mengandung warna hanya separuh dari lingkarannya
* Close – Up ———— Jarak dekat
* Cloudy—————– Berawan – Filter – Penyaring berwarna merah jambu untuk menahan sinar ultraviolet pada waktu langit mendung
* Coating—————- Selaput endapan logam pada lensa yang berfungsi menahan pantulan cahaya. Multi- Layar-Penyelaputan berlapis-lapis. Electron Beam Coating(EBC) – Penyelaputan dengan sinar elektron
* Color ——————Warna – Corrected. Dikoreksi sifat-sifatnya menyalurkan gelombang warna. – Balance -Keseimbangan warna. – Compensating – melengkapi warna
* Compact—————Padat. Model kamera yang kecil, akan tetapi lengkap dalam susunan nya
* Component————- Komponen, bagian dari susuan lensa
* Contact—————- Menyentuk. Berhimpitan – Print. Cetakan foto yang dihasilkan dengan meletakan filmnya di atas kertas foto dengan rapat
* Contax —————- Merk kamera dari Jerman barat
* Contrast————— Selisih nada yang mencolok. Perbedaan dalam kehitaman atau dari dua warna yang berlawanan.
* Counter ————— Penghitung – Film – penghitung bingkai film yang telah dipakai

D

* Databack————–Punggung data. Alat untuk mencetak tangal pada film, sewaktu memotret
* Density—————-Kepadatan. Neutral – Kepadatan netral, tidak mengandung warna. Sebutan ini dipakai untuk lensa penyaring yang berfungsi mengurangi kecerahan sinar
* Densitometer ——— Alat pengukur kepadatan. Penting dalam mencetak foto berwarna
* Depth of Field——— Ketajaman ruang, juga depth of focus
* Developer ———— Obat pengembang film atau kertas foto
* Dial ——————- Jarum penunjuk
* Diaphragm ———– Diafragma. Kepingan logam tipis di dalam atau di belakang lensa, yang membentuk lubang yang dapat diciutkan atau dilebarkan
* Diapositive ———– Film positif, untuk keperluan proyeksi, juga disebut reversal film atau slide warna
* Digital —————- Penunjukan ukuran secara angka
* Din——————– Deustch Industrie Norm. Ukuran kepekaan film
* Diopter—————-Ukuran Lensa, yang berfungsi membesarkan gambar. Misalnya pada close up lens, +2, +3
* Distorsion————- Penyimpangan dalam bentuk. Perspective – Karena perspektif
* Double Image ——— Gambar rangkap. Sistem penemu jarak pada kamera jenis penemu jarak
* Double Exposed ——–Dicahayai ganda, hingga timbul gambar rangkap dari dua kali pemotretan

E

* Easel———————Kerangka untuk membatasi gambar
* Effect——————–Special- Efek khusu, dengan digunakan teknik tertentu. Pincushion – Efek bantalan jarum. Cacat lensa dalam mebentuk gambar secara murni.
* Electronic Beam Coated—-Lihat Coated
* Electronic Shutter———Rana Elektronik
* Element——————-Elemen. Unsur komponen lensa
* Expired——————-Daluwarsa.Sudah mati. Tak berfungsi karena terlalu lama disimpan
* Exposed——————Over.Diberi cahaya berlebihan .Under. Diberi cahaya kurang
* Exposure—————–Pencahayaan. Tindakan pemotretan, atau pencetan foto
* Expiration date————Tanggal daluwarsa film atau obat
* Extension—————–Penyambung.- Ring,-Tube,-Bellows, Cable.

F

* Fill In————————Pengisi banyangan oleh sinar tambahan, atau pantulan,- Flash.Lampu kilat pengisi
* Film————————-Film. Lmebaran seluloid yang mengandung emulsi, peka terhadap cahaya – hitam putih. B & W. color film. Film warna. Reversal Slide warna. Polaroid.- Film Polaroid. Infra Red – Film infra merah
* Filter————————Penyaring. Neutral Density – (lihat density) color- filter-penyaring warna.Ultra violet – Penyaring sinar ultra violet. Infra Red- Penyaring sinar infra merah. Polarisasi – Pelurus sinar matahari.
* Finder———————–Range- penemu jarak. Right angle – Pembidik siku. View- finder. Pembidik
* Fish Eye———————Mata ikan – Lens. Lensa mata ikan, dengan sudut pandangan 180 derajat
* Fixed – Focus—————– lens . Lensa focus tetap, tidak bisa diubah
* Focal – Plane—————–Rana celah, rana tirai – Length .jarak focus
* Focus————————Focus – mencapai ketajaman gambar. IN – dalam focus, out of – Di luar focus. Depth of- (lihat Depth)
* Flash————————-Kilat.- gun. Lampu kilat.Flash light – sentolop,senter.
* Flood————————-Menyebar.- light – lampu sorot.-lamp. photo – bola lampu foto
* Frame————————Bingkai.Tiap satuan gambar dari satu gulung film.Juga bingkai karton atau plastik dari slide warna

G

* Gadget————————-Perlengkapan foto
* Ghost – Image——————Bayangan hantu. efek sinar pantulan pada foto
* Ground – Glass——————Kaca buram, sebagai pengamat pada kamera
* Grain—————————Butir.Fine grain – butir sangat halus – sifat film atau obat pengembang
* Guide – Number—————–Angka pedoman bagi lampu kilat

H

* Halo——————————Lingkaran sinar
* Halogen—————————Lamp.Lampu halogen, berisi gas
* Hasselblad————————-Merk kamera buatan swedia
* High-Key————————–Foto dengan nada serba putih, kebalikan dari low key
* High- Light————————Bagian2 terang dari sebuah foto karena pantulan sinar
* Hood——————————Tudung.Lens – tudung lensa
* Horizon—————————-Cakrawala,garis pemisah antara langit dan bumi
* Horizontal————————–Mendatar.Garis2 dalam komposisi foto yg mendatar
* Hot – Shoe————————-Kontak pusat pada dudukan lampu kilat
* Hypo——————————Fixer, obat pengawet film dan foto

I

* Image——————————Gambar yang terbentuk pada film atau tirai pengamat
* Index——————————-Angak perbandingan – Refraksi. Index bias.Pembelokan sinar dari satu medium ke medium lain yang lebih padat atau lebih ringan
* Infinity—————————–Jarak tak terhingga, dengan tanda pada skala jarak
* Infra – Red————————-infra – Merah. Sinar merah, di luar spektrum
* Instamatic————————-Kamera otomatik ukuran kecil keluaran kodak
* Interchangeable——————–Sifat dapat ditukar-tukar

J

* J.I.S—————————-Japan industries Norm. Standar ukuran kepekaan film menurut standar jepang.

K

* Kamera—————————-Camera Obscura.Kotak kedap sinar
* Kelvin—————————–Ukuran warna menurut sistem Kelvin
* Kodak—————————–Merk kamera
* Komposisi————————-Susunan gambar dari foto

L

* Lamp——————————-Lampu. Photo – Lampu foto
* Latent——————————Dalam bentuk bakal.Masih terselubung -image – gambar bakal
* Lens——————————–Lensa – cap.tutup lensa – hood – Tudung lensa – Telelens .Lensa tele.Wide angle – Lensa sudut lebar. Macro – Lensa makro
* Led———————————Light emitting diode.diode, yang menyala
* Lever——————————-Engkol.Ungkit .Film advance – engkol pengokang, engkol pemutar film
* Light——————————–Sinar alam atau buatan.- Meter – Pengukur kekuatan sinar. Source – Sumber cahaya. Day – Siang hari. Artificial – Sinar buatan. Tungsten – Sinar dari lampu pijar

M

* Macro———————————-lens .Lensa untuk pemotretan jarak dekat, -Photo – foto dibuat dari jarak dekat, biasanya dari benda atau binatang kecil. -Photography – pemotretan jarak dekat
* Magazine——————————Wadah film, wadah slide untuk proyektor
* Magnetic——————————Berdaya magnet – tape. Pita suara magnetik
* Magnification————————–Pembesaran, diukur dari gambar film, dibanding dengan ukuran aslinya
* Manual——————————-Dikerjakan dengan tangan.Aturan pakai – override – kegunaan secara tenaga tangan, dengan mengesampingkan daya otomatik
* Microphoto————————–Foto dibuat pada film berukuran kecil, 8mm atau 16 mm
* Microphotography——————— fotografi dengan menggunakan film berukuran kecil
* Micrography————————–Photo – fotografi dengan menggunakan mikroskop
* Micro Prism—————————Prisma mikro.Sistem penemu jarak optis yang menggunakan prisma halus
* Miniature—————————–Miniatur. Film berukuran 35 mm berkode 135.
* Minolta——————————-merek kamera buatan jepang
* Minox——————————–Merek kamera berukuran 16mm
* Miranda——————————-Merek kamera buatan jepang
* Mirror———————————Cermin.- Reflex. Pantulan cermin. Reflex -mirror – cermin, ayun dalam kamera S.L.R Instant return – Cermin kembali seketika
* Monopod——————————Sandaran kamera kaki satu. Unipod
* Motordrive—————————-Bertenaga motor, pengokangan kamera otomatis

N

* Negative——————————-Kebalikan dari asli nya. Film – film, yang menghasilkan gambar negatif.- Image – gambar negatif.- Album – tempat penyimpanan film
* Nikon———————————-Merek kamera buatan jepang
* Normal——————————–Normal – lens. Lensa normal, berfocus panjang 50mm atau 55 mm, untuk film 35mm.-contrast. Kontras wajar, tidak berlebih tidak kurang, sebagai hasil pengembangan film

O

* Optical———————————-Optis, menurut hukum optis.- Rangefinder – penemu jarak optis
* Overcast——————————–Mendung. Menghasilkan sinar suram
* Over – Exposed————————–Penyinaran berlebih
* Override———————————Penyimpangan dari pengaturan otomatis supaya sinar dapat diatur dengan tenaga tangan
* Overhead——————————–Lighting. Sinar dari atas. Lampu untuk menyinari objek dari atas

P

* Panning———————————–Menggerakan kamera dalam pemotretan mengikuti arah gerakan objek
* Parallax———————————–Perbedaan dari batas gambar dengan batas bidikan. – correction. perbaikan parallaks
* Pentax———————————–Merk kamera buatan jepang
* Perpective——————————-Bentuk pandangan, yang menyimpang dari bentuk sebenarnya.- correction .Memperbaiki hasil penyimpangan bentuk
* Pincushion Effect————————-Penyimpangan bentuk kotak menjadi bentuk seperti bantalan jarum.Cacat optis pada lensa
* Photo————————————foto
* Photogram——————————-Fotogram, foto yang dibuat tanpa menggunakan kamera, dengan meletakan benda diatas kertas foto, kemudian disinari
* Photograph——————————Foto,yang dibuat dengan kamera dan film
* Photography—————————–Fotografi.Teknik dan pengetahuan foto
* Photo – Model—————————-Model untuk difoto.Orang yang dipakai sebagai objek foto
* Positive———————————-Positif, sesuai dengan aslinya.Diapositive – film positif untuk proyeksi, slide atau gambar bioskop
* Preset———————————–Diatur(diafragma) sebelumnya
* Prism————————————Prisma, lihat penta- prism
* Priority———————————-Prioritas.Mendahulukan. Mementingkan. Shutter speed priority – mementingkan memasang kecepatan rana, kemudian diafragma diatur secara otomatis
* Projector——————————–Proyektor,alat penyorot slide.FILM -proyektor film,gambar gerak. Slide projector – proyektor slide. OVERHEAD – Proyektor overhead

Q

* Quartz Lamp—————————Lampu kwartsa. Halogen
* Q.L————————————Quick Loading. sistem pemasangan film dengan cepat, seperti pada canon

R

* Rangefinder——————————-Penemu jarak. Optical range finder – penemu jarak optis
* Reel————————————–Penggulung film, atau gulungannya itu sendiri
* Reflector———————————Reflektor – pemantul sinar, sebagai alat dibelakang lampu atau untuk menerima sina, yang kemudian dipantulkan kembali secara menyebar
* Reflex————————————Refleks, Pantulan – mirror – cermin pantul. – housing.Tabung wadah lampu yang memantulkan sinar
* Resolution——————————–Daya pisah.Sifat lensa. Daya urai dengan kemampuan menyajikan detail yang halus
* Retina————————————Selaput peka sinar dari mata
* Reversal———————————Membalik – developing – pengembangan membalik, menjadi positif
* Rewind———————————-Pemutar kembali film. -knob.Tombol pemutar balik
* Ring————————————-Cincin,gelang. Focusing – gelang pengatur fokus
* Rinse————————————extension – Penyambung gelas/bias
* Rolleiflex———————————Merek kamera buatan jerman barat. Rolleicord
* Robot———————————–Merek kamera yang sanggup memotret berkali-kali dengan satu kali putaran penegang rana

S

* Selector——————————–Pemilih – ring. Gelang pengatur
* Selftimer——————————-Swadaya, alat otomatis melepaskan rana
* Shade———————————-Peduh, bayangan tak terbentuk
* Shadow——————————–Bayangan berbentuk objek yang membayang
* Shot———————————–Tembakan,bidikan.Close up – Bidikan jarak dekat. Medium – Bidikan jarak sedang. Long – bidikan jarak jauh
* Shutter——————————–Compur – Rana pusat. Focal Plane – Rana celah. – realease button – tombol pelepas rana. – speed – kecepatan rana. – speed priority – mengutamakan kecepatan rana
* Slave unit——————————Lampu kilat dengan mata listrik, yang menyala, karena kedua pulsa yang dihasilkan oleh menyalanya lampu kilat lain
* Slide———————————-Film transparasi berbingkai, untuk diproyeksikan.- tray – wadah slide.- magazine – wadah slide untuk diproyeksikan berurutan
* Snapshot——————————Bidikan spontan, curian, tanpa diatur lebih dahulu
* Soft – Focus—————————Penyajian gambar lembut, lunak. – lens – lensa berdaya lukis lembut
* Spectrum——————————Berkas sinar yang terlihat oleh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma dalam warna warni
* Split – Image—————————Sistem penemu jarak, yang terdiri dari satu lingkaran dibelah dua
* Speedlight—————————–Lampu kilat dengan kecepatan menyala tinggi
* Subtractive—————————-Sistem penyusunan balans warna dengan mengurangi unsur warna. Kebalikan dari ADDITIVE – menambahkan
* Stereo———————————Berdimensi tiga – kamera berlensa dua, yang menghasilkan dua foto sekaligus, dua foto ini harus diamati dengan stereo viewer untuk mendapatkan efek kedalaman seperti keadaan waktu difoto
* Strobo———————————Lampu dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat
* Switch———————————Penyambung, pelepas aliran listrik

T

* Table- Stand—————————–Sandaran kamera untuk dipakai diatas meja
* Tank————————————-Tabung.DEVELOPING – tabung pengembang
* Telephoto——————————–Foto diambil dari jarak jauh. – lens.Lensa berfokus panjang
* Timer————————————Pengukur waktu – switch. Pengukur waktu yang memutuskan aliran listrik pada akhir hitungan
* Topcon———————————-Merek kamera buatan jepang
* Tube————————————Tabung. Extension – tabung penyambung
* Tripod———————————–Kaki tiga – sandaran kamera

U

* Ultra – Fine———————————Sangat halus. sifat obat pengembang atau film
* Ultrasonic———————————-Diluar pendengaran
* Ultra- Violet——————————–Gelombang sinar di sisi ungu, yang tak tampak oleh mata. Terjadi di dataran tinggi dan pada waktu mendung
* Unipod————————————-Lihat Monopod

V

* Value————————————-Light – sistem penggolongan kecerahan sinar menurut gabungan nilai diafragma dan kecepatan rana
* Violet————————————-Ungu – lihat ultra-violet

W

* Wetting Agent—————————Obat pelarut tetes air,yang mengendap pada film. Photo- Flo adalah wetting agent

X

* X——————————Kode film hitam putih pada kodak. Panatomic X. Plus X
* X – Isting Light—————–Poor light – sinar sangat rendah. existing,available light

Y

* Yellow—————————–Filter – Penyaring kuning

Z

* Zoom———————————-Meluncur – lens -lensa zoom.vario. lensa dengan variable focus, panjang focus dapat diganti dengan memendekan atau mengulurkan tabung lensa
* Zoom – Blur—————————-Kekaburan gambar, disebabkan oleh gerakan zoom pada waktu memotret




sumber : http://coppyfolio.wordpress.com/2009/10/26/kamus-fotografi/

TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR

Ditinjau dari ukuran ( SIZE )

• ECU (Exsterim Close Up)
Pengambilan gambar hanya pada bagian badan tertentu saja, contohnya hanya mata, dll

• MCU (Medium Close UP)
Pengambilan gambar mulai dari dagu hingga dahi kepala

• MS (Medium Shot)
Pengambilan gambar mulai pada dibawah bahu hingga diatas kepala

• KS (Knee Shot)
Pengambilan gambar mulai pada dibawah lutut sampai dengan diatas kepala

• FS (Full Shot)
Pengambilan gambar dari bawah kaki hingga ke atas kepala

• LS (Long Shot)
Pengambilan gambar lebar, memfokuskan pada bacground

• ELS (Exstra Long Shot)
Pengambilam gambar pemandangan

untuk lengkapnya kunjungi

http://issuu.com/okihelfiska/docs/tipe-tipe_shot_pada_kamera?mode=a_p

Senin, 05 April 2010

mulailah hari ini

kadang kita berpikir hanya terus berada di atas rel yang sama...
jalan panjang dan tak berkesudahan, tak berujung, hingga semua ide-ide tak pernah tertuangkan menjadi sesuatu yang nyata... yang nampak hanya wacana-wacana kosong tanpa makna...
so now... think for a better future... and make real your idea....
Copyright © 2010 kapokgrafer | Design : kapokgrafer.com